Perbedaan Pinjam dan Utang

Perbedaan Pinjam dan Utang

pinjam /pin·jam/ v, meminjam /me·min·jam/ v memakai barang (uang dsb) orang lain untuk waktu tertentu (kalau sudah sampai waktunya harus dikembalikan): ia ~ uang lima juta rupiah kpd bank; kami ~ majalah dr perpustakaan;~ terjemah Ling peminjaman atau pinjaman frasa dng mempertahankan makna leksikal dan/atau makna gramatikal aslinya, tetapi dng mengganti morfem dan fonemnya; ~ ubah Ling peminjaman atau pinjaman kata atau frasa dr bahasa lain dng mengubah bentuk fonologinya sehingga dikira merupakan sumber asli;
pinjam-meminjam /pin·jam-me·min·jam/ v saling meminjam;

meminjami 
/me·min·jami/ v 1 memberi pinjam: ia ~ aku mesin; 2 meminjam bersama-sama: mereka ~ buku perpustakaan;

meminjamkan 
/me·min·jam·kan/ v memberikan sesuatu (barang, uang, dsb) untuk dipinjam: dia ~ sepeda motor kpd saya; koperasi itu ~ uang kpd anggotanya;

pinjaman 
/pin·jam·an/ n yg dipinjam atau dipinjamkan (barang, uang, dsb): bulan ini buku ~ itu harus dikembalikan;~ angsuranpinjaman yg dilunasi secara diangsur dl jangka waktu tertentu; ~ bersyarat pinjaman kpd perusahaan untuk masa tertentu, biasanya 1—10 tahun dng pengembaliannya secara diangsur; ~ fonemis Ling pinjaman yg mempertahankan bunyi atau kombinasi bunyi dr bahasa sumber; ~ fonologis Ling pemasukan unsur fonologis dl suatu bahasa atau dialek lain, msl pola gugus konsonan dl bahasa Indonesia yg berasal dr bahasa daerah atau asing; ~ lunak Ek pinjaman dng syarat ringan, baik mengenai jangka waktu, bunga, maupun jaminannya; ~ terjamin Ek pinjaman yg dijamin dng harta benda tertentu;

peminjam 
/pe·min·jam/ n orang yg meminjam: kpd setiap ~ uang dikenakan bunga 2% tiap bulan;

peminjaman 
/pe·min·jam·an/ n proses, cara, perbuatan meminjam atau meminjamkan: prosedur ~ uang dr bank makin diperketat;~ dialektal Ling proses peminjaman suatu unsur dr satu dialek ke dialek lain dl satu bahasa, msl pemakaian kata kakak dl bahasa Melayu yg berasal dr bahasa Minangkabau, sebenarnya merupakan dialek bahasa Melayu.

utang n 1 uang yg dipinjam dr orang lain: membayar -- di bank; 2 kewajiban membayar kembali apa yg sudah diterima: -- budi dibawa mati;-- emas boleh dibayar -- budi dibawa mati, pb budi baik orang hanya dapat dibalas dng kebaikan pula; -- selilit (sebelit) pinggang ( -- tiap helai bulu), pb utangnya banyak sekali;

-- budi mendapat kebaikan hati dr orang lain dan wajib dibalas; 
-- kayu ara utang yg tidak akan dibayar; 
-- nyawa tertolong hidupnya; dapat hidup krn pertolongan orang; 
-- piutang (uang) yg dipinjam dr dan yg dipinjamkan kpd orang lain;

berutang
 /ber·u·tang/ v mempunyai utang (kpd): kpd teman-teman, saya tidak ~ sesen pun;

mengutangi
 /meng·u·tangi/ v memberi pinjaman uang kpd; memberi pinjaman barang spt memberi pinjaman uang;

mengutangkan
 /meng·u·tang·kan/ v meminjamkan uang atau benda kpd seseorang; memperutangkan;

utangan
 /utang·an/ n 1 yg diperoleh krn berutang; 2 yg berutang;

perutangan
 /per·u·tang·an/ n 1 perihal utang-berutang; 2 yg memberi utang; yg menagih utang;

memperutangkan
 /mem·per·u·tang·kan/ v mengutangkan;

memperutangi
 /mem·per·u·tangi/ v mengutangi
Perbedaan Dayah dan Pesantren

Perbedaan Dayah dan Pesantren

Menurut Artikel yang saya Akses di Serambi Indonesia ( Jumat, 8 Februari 2013 10:35 WIB) perbedaan dayah dengan Pesantren. pesantren berasal dari bahasa Sangsekerta yang artinya “Tempat proses belajar-mengajar agama Hindu”. Sedangkan dayah adalah tempat belajar sahabat. Dan Nabi langsung yang menjadi gurunya. Dapat disimpulkan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam di Jawa yang berasal dari lembaga non muslim, kemudian diislamisasikan seiring dengan penyebaran Islam di Tanah Jawa. Sedangkan dayah adalah merupakan lembaga pendidikan Islam asli yang berasal dari Islam sendiri.

Lembaga pendidikan dayah berasal dari nabi dan sahabat, maka pendidikan di dayah lebih banyak diwarnai pendidikan keagamaan dan kecintaan terhadap Allah dan Rasulullah. Apa yang bisa diambil oleh masyarakat sebagai pelajaran dari pembelajaran yang dilakukan di dayah.

Kemudian Menurut wikipedia Indonesia Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, di mana kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilahpondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang Kyai. Untuk mengatur kehidupan pondok pesantren, kyai menunjuk seorang santri senior untuk mengatur adik-adik kelasnya, mereka biasanya disebut lurah pondok. Tujuan para santri dipisahkan dari orang tua dan keluarga mereka adalah agar mereka belajar hidup mandiri dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan dengan kyai dan juga Tuhan.

Dayah (dalam bahasa Arab; زاوية zawiyah. Arti harfiahnya adalah sudut, karena pengajian pada masa Rasulullah dilakukan di sudut-sudut mesjid). Dibeberapa negara muslim lain dayah atau zawiyah juga lazim disebutkan sebagai sekolah agama Islam (madrasah) Di Indonesia penyebutan dayah untuk sebuah lembaga pendidikan agama Islam adalah di Aceh (di pulau Jawadisebut pesantren, asal kata "pe-santri-an". Artinya tempat para santri menetap dan menimba ilmu).
Kekeliruan Orang terhadap Bulan Safar

Kekeliruan Orang terhadap Bulan Safar

BULAN Safar, yaitu bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong atau nol. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh.


Telah menjadi kepercayaan keliru oleh sebagian umat bahwa Safar adalah bulan sial atau bulan bencana. Padahal, mitos Safar bulan sial ini sebenarnya sudah dibantah oleh Rasulullah Muhammad saw yang menyatakan bahwa bulan Safar bukanlah bulan sial.

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw bersabda, “Tidak ada penyakit menular (yang berlaku tanpa izin Allah), tidak ada buruk sangka pada sesuatu kejadian, tidak ada malang pada burung hantu, dan tidak ada bala (bencana) pada bulan Safar (seperti yang dipercayai).”
Rasulullah Saw juga bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari)