Jasa Aceh Yang Terlupakan

(Tabi hate di balas racon)

Semenjak masa-masa kerajaan Aceh, Aceh telah dikenal kehebatannya. Aceh merupakan salah satu daerah yang ada di Indonesia yang paling sulit ditaklukan oleh bangsa penjajah. Ini dikarenakan watak orang Aceh yang keras dan pantang menyerah. Para penjajah saja sampai kewalahan menangani masyarakat Aceh. Saat itu, Aceh dikenal sebagai daerah yang agamis, banyak ulama-ulama islam besar dilahirkan di sini, sehingga tarbiyah/pendidikan islam di Aceh sangat kuat. Pertahanan perang Aceh juga sangat diakui, bahkan tak hanya kaum pria saja, dari kaum wanita juga banyak lahir panglima perang handal, seperti Cut Nyak Mutia, laksamana Malahayati, dll.

Pada masa perjuangan kemerdekaan RI melawan penjajahan yang datang silih berganti, Acehlah yang berperan menjadi "daerah modal" bagi Indonesia. Untuk melanjutkan perjuangan, Aceh menyuplai dana dan bantuan bagi Indonesia agar tetap mampu bertahan. Ini yang tak boleh dilupakan, dalam catatan sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, catatan sejarah tentang peranan Aceh untuk Indonesia mendapatkan porsi yang sangat kecil. Banyak yang tak tau.

Ketika wilayah Indonesia hampir dikuasai seluruhnya oleh Belanda saat perang kemerdekaan, Acehlah yang menjadi donatur bagi Indonesia. Aceh mendanai kegiatan-kegiatan duta dan perwakilan RI ke luar negeri, juga membiayai perwakilan PBB.
Selain itu, Aceh juga membiayai misi perjalanan menteri muda Luar Negeri RI, H. Agus Salim, ke Timur Tengah dan saat mengikuti konferensi Asia di New Delhi. Saat Pemerintahan pusat yang berada di Yogyakarta vacum, Aceh juga menyediakan dana bagi pemerintahan.
Rakyat Aceh juga pernah menyumbangkan dua pesawat bagi pemerintahan RI. Pesawat itu adalah pesawat jenis dakota yaitu Seulawah RI-001 (Pesawat Dakota Seulawah ini memiliki panjang badan 19,66 meter dan rentang sayap 28.96 meter, ditenagai dua mesin Pratt & Whitney berbobot 8.030 kg) dan Dakota RI-002 yang dibeli di Singapura, Oktober 1948. Para pengusaha aceh juga memberikan satu pesawat jenis "Avro Anson RI-004" yang dibeli di Thailand , pesawat -pesawat itu dibayar dengan menggunakan emas murni sumbangan rakyat Aceh. Jadi, tiga pesawat pemberian Aceh inilah yang menjadi armada pertama Indonesia yang dapat menembus blokade udara Belanda. Aceh juga memberikan sebuah kapal yang berbobot 100 ton dengan nomor registrasi PPB 58 LB kepada armada laut RI.
Aceh juga memiliki sebuah radio yang dikenal dengan "Radio Rimba Raya"yang bertempatkan di Takengon, Aceh Tengah. Banyak juga yang melupakan peranan Radio rimba raya ini bagi kemerdekaan Indonesia. Berita tentang kemerdekaan Indonesia diketahui oleh dunia melalui radio ini.Radio yang berkekuatan 350 watt telegrafi dan 300 watt telefoni, memiliki jangkauan pancaran sampai ke luar negeri. Ketika radio-radio lainnya dikuasai oleh para penjajah, Radio Rimba Raya ini tetap bertahan dan terus memberikan informasi-informasi perjuangan kemerdekaan. Radio ini sulit dijangkau oleh Belanda karena letaknya yang sangat strategis. Saat itu pula, Radio inilah yang menyiarkan informasi bantahan terhadap siaran dari Radio Batavia dan Radio Hilversum di Belanda tentang kelumpuhan Pemerintahan RI di ibukota Yogyakarta  yang telah dijatuhkan Belanda dan tentang penangkapan Soekarno-Hatta yang ditahan dan diasingkan ke Bangka.
Pasukan dari Aceh juga pernah melakukan Long March menuju front "Medan Area" ketika Medan, Sumatera Utara berhasil dikuasai Belanda. Ini merupakan bentuk komitmen Aceh demi kemerdekaan RI. Sehingga saat itu Aceh dikenal sebagai daerah yang memiliki basis pertahanan yang paling kuat di wilayah Sumatera
Emas yang dipajang di puncak tugu Monumen Nasional (Monas) Jakarta adalah sumbangan dari salah seorang saudagar Aceh yaitu Teuku Markam.
Itu baru segelintir sumbangan Putra Aceh teresebut, untuk kepentingan negeri ini. Sumbangsih lainnya, ia pun ikut membebaskan lahan Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar Indonesia.

Presiden Soekarno pernah ingkar janji kepada Aceh. Ketika itu, beliau pernah memohon sambil berlinang air mata pada Aceh untuk tetap mendukung Indonesia dan tetap menjadi penyuplai dana demi kemerdekaan Indonesia. Beliau berjanji akan memberi otonomi khusus kepada Aceh untuk menjalankan syariat islam di wilayahnya sendiri. Janji itu meluluh lantakkan hati orang Aceh yang ternyata tak kunjung ditepati oleh Soekarno. Karena itulah, akhirnya Aceh memberontak lalu muncullah konflik berkepanjangan hingga perjanjian damai di Helsinki antara Aceh dan RI digaungkan.
Blogger
Disqus

Tidak ada komentar